Rabu, 07 Desember 2011

Langkah.

Hari ini Ayah menghampiri aku, naik ke lantai dua. Biasanya selalu aku yang menghampiri Ayah, selalu mengabarkan berita kepadanya, kebanyakan berita baik, biar yang buruk kusimpan sendiri. Namun khusus hari ini, Ayah datang menarik kursi duduk di sampingku.

"Jadi bagaimana?", tanya Ayah.

"Iya Ginda diterima".

"Kapan mulai masuk?", lanjutnya.

"Belum tau, managernya sedang sibuk, nanti diberi tau lagi".

"Belajarlah dan berjuanglah, seperti saat kamu kuliah dulu, jemput bola jangan hanya menunggu."

Kemudian Ayah turun kembali. Beliau baru saja pulang kantor, jam 10 malam. Sebelum dia beranjak dari kursi, aku beranikan melihat matanya, ada rasa bahagia namun rasa haru juga terpancar. Begitu bahagianya Ayah, sampai-sampai beliau tidak sabar untuk menungguku menceritakan kabar ini lebih jelas kepadanya. Namun ada juga rasa haru, dia tau putranya yang paling kecil sudah saatnya harus melangkah di jalan yang sudah dia rasakan betapa pahit dan kejamnya, seperti yang ia sering ceritakan. Waktu begitu cepat berlalu, baginya baru kemarin aku duduk diatas pundaknya, menaiki motor listrik kecilku atau tidak bosan-bosan bertanya kepadanya mau kemana kita hari ini?

Ibuku pernah berkata sebelum aku diwisuda,"Cuma sekadar menghibur saja kalau ada yang mengatakan sama saja anak laki-laki dan anak perempuan, sekaranglah contohnya, satu-satu kalian mulai pergi dari sini, Ginda kamu jangan terlalu cepat pergi.....".


Segala puji bagi Allah,

Hari ini aku mendapatkan pekerjaan pertamaku.


Dan seperti malam-malam sebelumnya, dalam doaku,


Aku memohon,

Agar Allah selalu meringankan beban orang tuaku, senantiasa meliputi hati mereka dengan kegembiraan.


Agar Allah mempercepat kesiapan kami dan menyempatkan orang tuaku untuk melihat kami menjadi seperti apa yang mereka impikan.

Amin ya Rabbal alamin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar