Senin, 23 November 2015

Di petak tanah kecil ada bunga matahari.

Ada satu petak tanah di rumahku, letaknya dekat pagar, lebarnya mungkin 40 cm panjangnya 1 meter setengah. Di pinggirnya ayah pasang rangkaian besi seperti rel kereta, agar anggur bisa meranggas.

Di tanah tersebut aku tanam bunga matahari dekat dengan tanaman cabai yang mama tanam, juga tomat. Aku tidak pernah tau cara merawat bunga, tapi sesekali aku siram tanahnya. Aku perhatikan bunga tersebut setiap hari, sebelum berangkat dan ketika pulang. Cerah terang benderang, walau kelopak-kelopaknya tampak kering diujungnya. Bunga itu selalu menyambut, di pagi hari dia menyambut dan ketika malam dia menghadap kearahku.

Tournesol, sang pengelana mentari, kata sahabatku Anne. Tournesol yang mencari datangnya sinar matahari.

Entah kenapa di dalam kereta ini, 10 ribu mil jaraknya, aku teringat bunga itu.

Mungkin karena bunga itu tak pernah mengecewakan, tetap bersinar.

Tetap benderang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar